Indonesiabersatu.id Lubuklinggau
Beberapa nama bakal calon walikota dan wakil walikota Lubuklinggau sudah menjadi perbincangan dari semua kalangan masyarakat, gambar tokoh-tokoh terbaik di bumi sebiduk Semare ini sudah mulai menyebar adapun nama-nama yang di gadangkan bakal maju pilkada mendatang, H.Sulaiman Kohar(SUKO), H.Rodi wilayah (HRW), Rahmat Hidayat (YOPI), Febrio Fadillah (RIO), Lukman Hambali, Hendri juniarsa, H. Rustam Effendi, Hasbi Asadiki, dan Hj. Rina prana.
Menanggapi pilkada mendatang Pengamat Politik Dejure Riset Konsultan, Eka Rahman menjelaskan “Hasil perhelatan Pemilu Presiden dan Pemilu legislatif tahun 2024 di Kota Lubuklinggau, secara tidak langsung telah merubah peta politik (political map) tingkat lokal.” Setidaknya, ini memberi signal bagaimana kontestasi Pilkada Bulan November kelak. Beberapa fenomena yang bisa di relevansi kan setidaknya :
Pertama, Keunggulan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka akan menambah ‘rasa percaya diri’ (confidence) parpol koalisi pendukung nya seperti : Gerindra, Golkar, PAN, Demokrat untuk ikut kontestasi pilkada. Terutama untuk Partai Gerindra dan Golkar yang secara signifikan juga menuai hasil positif dalam pileg, dengan perkiraan perolehan kursi 5 dan 6. Artinya, pijakan pondasi politik H. Rodi Wijaya (HRW/Golkar) akan lebih kuat. Apalagi jika hasil pleno KPUD kelak menyatakan Partai Golkar beroleh 6 kursi, maka minimal tak perlu mencari partai koalisi untuk mengusung paslon karena punya 20% dari jumlah kursi DPRD. Apalagi, HRW sudah mendapatkan mandat dari DPP Partai Golkar sebagai bakal calon walikota Lubuklinggau dalam pilkada.
Demikian halnya dengan Partai Gerindra, yang punya peluang kuat beroleh 5 kursi DPRD menjadikan figur Ketua DPD Hendri Juniansyah (HJ) juga menguat sebagai salah satu bakal paslon. Feeling politik saya menduga bahwa kedua figur ini akan ikut berkontestasi dalam Pilkada Lubuklinggau, pertanyaannya apakah mereka akan mencalon sendiri-2 sebagai cawako, atau akan berkoalisi?. Dikatakan Eka Rahman pada, Jumat 23-02-2024.
Kedua, hasil pileg juga menunjukkan bahwa Partai Nasdem beroleh suara signifikan dan duduk di kursi pimpinan DPRD. Artinya, deklarasi keikut sertaan dalam pilkada yang sudah relatif lama di sampaikan oleh H. Rahmat Hidayat (Yopi Karim) juga memiliki dasar dukungan yang kuat. Tinggal memang Nasdem (terutama Yopi Karim) mulai memikirkan akan mencalonkan sebagai wako/wawako, berkoalisi dengan siapa serta figur mana yang potensial untuk menjadi pasangannya kelak?.
Ketiga, selain itu ada figur H. Sulaiman Kohar (SUKO) yang di gadang-2 akan ikut kontestasi. Namun tantangan awal setidaknya adalah apakah dia akan berkontestasi dari jalur parpol atau jalur perorangan (independen) ? Jika melalui jalur parpol, maka harus segera melakukan komunikasi politik dengan parpol yang ada, dan tentu akan ada konsesi tertentu karena parpol baru ‘berdarah-darah’ dalam perebutan kursi pileg. Sebaliknya, jika melalui jalur perseorangan harus sesegera mungkin mengumpulkan dukungan pemilih.
Keempat, bagaimana dengan Hj. Yetti Oktarina Prana ? apakah kegagalan meraih kursi senator ke Senayan akan merubah fokusnya ke pilkada? Saya pikir, beliau punya modal politik (political capital) berupa popularitas, dukungan dan bahkan mungkin support parpol yang relatif lumayan, di perkirakan PKB dengan raihan 4 kursi akan mendukungnya menjadi salah satu kontestan. Tinggal di posisi apa beliau akan mencalonkan diri? Apakah cawako atau cawawako ? Selain itu masih ada irisan kepentingan antara HRW dan Rina Prana, apakah keduanya akan mencalonkan diri atau ada konsensus salah satu yang maju sebagai kontestan?
Kelima, untuk figur lain seperti Hasbi Assadiki dan Febrio Fadillah di tenggarai kemungkinan besar tidak akan ikut kontestasi di Pllkada Kota Lubuklinggau dengan argumentasi : 1) Untuk Hasbi Assadiki, letigimasi politiknya ada di Kabupaten Muratara. Artinya, jikapun punya keinginan mencalonkan diri, akan lebih ideal di Pilkada Muratara. Karena bahkan Partai Golkar sudah memberi mandat sebagai bakal calon dalam Pilkada Muratara, tentu akan ada resiko jika dia memaksa untuk ikut kontestasi pilkada Lubuklinggau. 2). Sementara keikut sertaaan Febrio Fadilah membawa ‘gambling’ yang cukup besar, karena dia harus mundur sebagai ASN dengan jabatan eselon 2. Tak masalah jika ada garansi untuk menang, namun ‘pertaruhan akan sangat riskan’ jika dia kalah.
Sehingga saya menduga kemungkinan besar 2 figur ini, tidak akan ikut mencalonkan diri dalam Pilkada Kota Lubuklinggau 2024.
Keenam, bagaimana dengan H. Rustam Effendi dan Hambali Lukman ? Turunnya suara PDIP hasil pileg dan ketidak terpilihan sebagai anggota legislatif menurunkan posisi tawar kedua figur tersebut. Artinya, jika pun nemiliki keinginan untuk ikut kontestasi pilkada, peluang terbesar Hambali Lukman idealnya ada pada level pencalonan sebagai cawawako dan melakukan koalisi dengan parpol lain. Sementara untuk H. Rustam Effendi, setelah 2 kali kontestasi sebagai cawako, apakah mau menurunkan level pencalonan sebagai cawawako?
Terkait PDIP, ada satu figur potensial yang dapat di dorong sebagai bakal calon, baik si posisi cawako maupun cawawako yaitu : Riezky Aprilia. Jika masih akan berkecimpung di ranah politik, dapat memusatkan fokusnya dalam pilkada setelah (kemungkinan besar) gagal sebagai anggota DPR RI. Karena dia punya modal politik yang besar sebagai calon wawako Pilkada 2018, anggota DPR RI dan Tim Pemenangan Pilpres DPP PDIP. Artinya, potensi personal dan ‘jam terbangnya’ menjanjikan. Ringkasnya -(20)